BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang selalu
membutuhkan orang lain, dan tidak ada manusia yang berdiri sendiri tanpa peran
orang lain. Seperti pada saat seseorang lahir pasti seseorang itu membutuhkan peran
orang lain dalam hal ini bisa dokter atau bidan agar sang anak dan ibu bisa
selamat. Oleh karena itu, manusia diharuskan dirinya untuk bisa atau pandai
berinteraksi dengan yang lain. Dan mau tidak mau manusia harus berinteraksi
karena manusia adalah makhluk sosial.
Berinteraksi adalah suatu hal yang sangat penting dan mutlak
diperlukan. Berinteraksi bisa dengan siapa saja, baik orang tua, keluarga,
teman sebaya, tetangga, dll. Namun pada kenyataannya seseorang biasanya lebih
dekat pada temannya yang sebaya dibanding dengan yang lain. Ada beberapa hal
seseorang bisa menganggap seseorang menjadi teman. Maka dari itu kami
menyampaikan materi ini untuk mengetahui bagaimana cara hidup bermasyarakat
yang sebenarnya. Tidak meninggalkan budaya dan mengikuti prosedur yang ada
yakni hukum yang berlaku dan susunan yang telah ditetapkan.
B. Rumusan
masalah
1.
Apa yang di maksud keluarga dan kelompok
pertemanan ?
2.
Bagaimana hubungan keluarga dan kelompok
pertemanan ?
3.
Apa fungsi keluarga ?
4.
Apa yang di maksud masyarakat dan kelompok
sosial ?
5.
Apa peran masyarakat dalam lingkungan
sosial ?
C. Tujuan
Tujuan Dengan adanya makalah ini,
semoga tercapai beberapa tujuan di bawah ini :
1.
Mengetahui apa yang di maksud keluarga
dan kelompok pertemanan.
2.
Mengetahui bagaimana hubungan keluarga
dan kelompok pertemanan.
3.
Mengetahui apa fungsi keluarga.
4.
Mengetahui apa yang di maksud masyarakat
dan kelompok sosial.
5.
Mengetahui apa peran masyarakat dalam
lingkungan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Keluarga dan kelompok pertemanan
Menurut
Am Rose keluarga bisa diartikan sebagai sebuah kelompok untuk dua orang atau
lebih yang bertempat tinggal bersama dimana terjadi hubungan darah, perkawinan,
atau adopsi. Sebagaimana dikutip oleh ST. Vembriarto mendefinisikan keluarga
sebagai kelompok yang dijadikan interaksi orang-orang yang saling menerima satu
dengan yang lain berdasarkan asal-usul, perkawinan, atau adopsi.
Dari
dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok sosial
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan
atau adopsi.[1]
Kelompok
pertemanan yang biasa disebut sahabat adalah seseorang yng terasa dekat sekali
dengannya mungkin adalah anak tetangga, teman satu kelas, anak kerabat, dan
seterusnya. Persahabatan itu adakalanya diteruskan hingga pada usia remaja.
Lazimnya sahabat tersebut terdiri dari tidak lebih dari tiga orang yang
sejenis. Sahabat memang diperlukan sebagai penyaluran berbagai aspirasi yang
memperkuat unsur-unsur kepribadian yang diperoleh dari rumah.[2]
B.
Hubungan dalam keluarga dan kelompok
pertemanan
Pengaruh
orang tua terhadap hubungan pertemanan pada masa muda tidak terbatas pada masa
anak-anak saja, namun berlanjut hingga masa remaja mereka. Hubungan remaja
dengan orang tua mereka dapat mempengaruhi hubungan mereka dengan
teman-temannya. Dalam suatu studi, remaja putri yang mendapatkan perlakuan
secara demokratis oleh ibunya akan lebih akrab dengan teman-temannya dari pada
yang tidak mendapatkan perlakuan demokratis. Intimasi baik pada remaja putri
maupun remaja putra dengan teman-temannya berkaitan dengan bagaimana persepsi
terhadap kohesi yang ada dalam hubungan keluarganya. Para peneliti menyatakan
bahwa hubungan dengan keluarga berkorelasi positif dengan kualitas hubungan
persahabatan.
Menurut
teori attachment, seseorang akan menginternalisasikan penerimaan dan respon dari
orangtuanya terhadap hubungannya dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai
pengalaman dalam hubungan dengan orangtua akan mempengaruhi tipe hubungan yang
akan ia miliki dengan teman atau sahabatnya. Sebagai contoh, seseorang yang
orangtuanya memberikan rasa aman, kehangatan dan kepercayaan akan memberikan
kualitas yang sama dalam berhubungan dengan sahabatnya.
Remaja
putri yang mendapatkan pengalaman akan perasaan tersingkirkan (exclusion) dan terasingkan
(isolation) dalam keluarga cenderung sulit untuk mempertahankan hubungan dekat.
Penelitian telah membuktikan bahwa baik anak-anak atau pun remaja yang melihat
konflik yang terjadi pada kedua orangtuanya berkaitan dengan ketidakmampuan
mereka dalam berhubungan dengan orang lain. Remaja yang berasal dari keluarga
yang mampu berkomunikasi secara terbuka, saling menghormati, dan mempunyai
hubungan yang akrab dapat dengan mudah dalam membentuk suatu hubungan dekat
dengan sahabatnya.
Keluarga
yang tidak berfungsi secara efektif dapat membuat remaja terlibat dengan
orang-orang yang antisosial. Penelitian longitudinal menunjukkan bahwa remaja
yang antisosial berasal dari keluarga yang tidak perhatian dan tidak merespon terhadap
perilakunya. Kualitas persahabatan yang tinggi pada seseorang yang bergabung
dalam kelompok orang-orang yang berlaku menyimpang akan meningkatkan perilaku
menyimpang individu tersebut, sehingga kualitas persahabatan yang dimiliki
individu tersebut mengarah pada interaksi yang negatif.
C.
Fungsi keluarga
Fungsi
keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas yang harus
dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu. Ada beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga, sebagai berikut :
1. Fungsi
biologis
Dengan fungsi ini
diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan
bagi anak-anaknya. Karena dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan
keturunan. Dan paa setiap manusia hakekatnya terdapat semacam tuntutan biologis
bagi kelangsungan hidup keturunannya melalui perkawinan.
2. Fungsi
pemeliharaan
Keluarga
diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari gangguan
seperti gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah, gangguan penyakit
dengan berusaha menyediakan obat-obatan, gangguan bahaya denan berusaha
menyediakan senjata pagar tembok dan lain-lain.
Bila
dalam keluarga fungsi ini telah dijalankan dengan sebaik-baiknya maka akan
membantu terpeliharanya keamanan dalam masyarakat. Sehingga terwujud suatu
masyarakat yang terlepas/terhindar dari segala gangguan apapun yang terjadi.
3. Fungsi
ekonomi
Fungsi
ekonomi berhubungan dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok, maka orang
tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat
cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.
Sehubungan
dengan fungsi ini kaluarga juga berusaha melengkapi kebutuhan jasmani dimana
keluarga diwajibkan berusaha agar anggota keluarganya mendapatkan perlengkapan
hidup yang bersifat jasmaniah baik yang bersifat umum maupun yang bersifat
individual.
4. Fungsi
keagamaan
Fungsi
keagamaan yaitu keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta
mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Fungsi
sosial
Dengan
fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal
selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh
masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan
kelak bila sudah dewasa. Dengan demikian terja di apa yang disebut dengan
istilah sosialisasi. Dengan fungsi ini diharapkan agar didalam keluarga selalu
terjadi pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai kebudayaan.
D.
Masyarakat dan kelompok sosial
Masyarakat
adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
Tatanan
kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan
sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia
yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang
tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kakek dan cucu, antara sesama kaum
laki-laki dan kaum wanita, larut dalam suatu kehidupan yang teratur dan terpadu
dalam suatu kehidupan yang teratur dan terpadu dalam suatu kelompok manusia,
yang disebut masyarakat.[3]
Kelompok
sosial merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama.
Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling
pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong.
Ada
beberapa persyaratan tertentu sehingga suatu himpunan manusia dapat dinamakan
kelompok sosial, antara lain :
1. Adanya
kesadaran setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok
yang bersangkutan.
2. Ada
hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
3. Ada
suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah
erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang
sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. Tentunya faktor mempunyai musuh
bersama misalnya, dapat pula menjadi faktor pengikat/pemersatu.
4. Berstruktur,
berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem
dan berproses.[4]
E.
Lingkungan sosial kemasyarakatan
Lingkungan
sosial adalah tempat dimana berlangsungnya interaksi antara masyarakat dengan
lingkungan. Sikap masyarakat terhadap lingkungan sosial dipengaruhi oleh
nilai-nilai sosial yang terkandung dalam masyarakat itu sendiri. Jika nilai
sosial tentang lingkungan berubah/terjadi pergeseran, maka sikap masyarakat
terhadap lingkungan juga akan berubah/bergeser. Itulah sebabnya masyarakat dan
nilai sosial selalu terlihat dinamis dan tidak bisa dipisahkan, terlepas dari
baik dan buruknya lingkungan sosial. Lingkungan sosial ini
biasanya dibedakan:
1. Lingkungan
Sosial Primer
lingkungan
sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota
lain, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lain.
Contohnuya seperti keluarga.
2. Lingkungan
Sosial Sekunder:
lingkungan
sosial yang berhubungan anggota satu dengan anggota lain agak longgar.
Contohnya seperti lingkungan sekolah, kantor, pasar, dsb.
lingkungan
sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya,teknologi dan
organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang
terdapat dalam lingkungan spasial tertentu. Lingkungan sosial budaya terbentuk
mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Ini berarti bahwa lingkungan sosial
budaya sudah ada sejak makhluk manusia atau homo sapiens ini ada atau
diciptakan. Lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan dengan
peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya.
Manusia
lebih mengandalkan kemampuan adaptasi kulturalnya dibandingkan dengan kemampuan
adaptasi biologis (fisiologis maupun morfologis) yang dimilikinya seperti
organisme lain dalam melakukan interaksi dengan lingkungan hidup. Karena
Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan hidup
manusia.
Lingkungan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan
perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
BAB
III
PENUTUP
A.
kesimpulan
Dari sekian banyak uraian diatas,
maka penulis bisa mengambil kesimpulan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya. Segala yang ada pada lingkungan dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena
lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan yang berkualitas
pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi manusia, yaitu meningkatkan
kesejahteraan.
B.
Saran
Dalam
penulisan makalah ini penulis ingin menyarankan kepada pembaca diantaranya
sebagai berikut :
a.
Jadikanlah makalah ini sebagai pedoman untuk
meningkatkan motivasi belajar yang lebih tinggi lagi.
b.
Khususnya bagi generasi muda adalah calon sarjana,
jadi anda harus mempunyai wawasan yang luas dan berintelektual tinggi.
c.
Sebaiknya pembaca lebih banyak mempelajari tentang
hakikat dan makna lingkungan bagi manusia, kualitas penduduk dan lingkungan
terhadap kesejahteraan manusia, masalah lingkungan sosial budaya yang dihadapi
masyarakat beradab, serta isu-isu penting tentang persoalan lintas budaya dan
bangsa. Lebih banyak mempelajari maka akan lebih menguasainya. Amin...
[1] Moh
padil dan triyo suprayitno, sosiologi
pendidikan, (Malang : UIN-Maliki press 2010), hal 116
[2] Soerjono
Soekanto, sosiologi-suatu pengantar, (Jakarta : Rajawali pers 1987), hal 395
[3]H. Abu
ahmadi, ilmu sosial dasar, (Jakarta :
PT. Rineka cipta 2009), hal 97
[4]Soerjono
Soekanto, sosiologi-suatu pengantar, (Jakarta : Rajawali pers 1987), hal 101
No comments:
Post a Comment